“Aku adalah makna
yang sengaja di rangkai oleh Tuhan.”
17:
40. Dalam selimut keheningan senja. Dalam kenakalanku "mengorek-ngorek";
maafkan aku. Senja kembali berbisik bahwa, aku adalah makna. Semacam alam raya. Aku—sebagai manusia—adalah mikrokosmos sebagimana yang banyak di bisikkan oleh
para Sufi, salah satunya adalah Imam al-Ghazali bahwa, “Tubuh manusia dalam
bentuk ringkasnya adalah semacam seluruh alam semesta, apa pun yang tercipta di
alam terdapat pada diri manusia” (Kimya as-Sa’adah). Sebagaimana dalam al-'Aziz,
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segala wilayah bumi
dan pada diri mereka sendiri.” (Q.S. al-Fushshilat; 53).
Ya, Aku
adalah kepingan-kepingan puzzle yang tertata rapi dalam jiwa. Namun akal
mendayakan pikiran sendiri, berusaha untuk memahami; mencoba menata rapi dalam
bahasa pikiran sehingga ia terjemahkan dalam tingkah tubuh yang sesuai dengan
makna jiwa. Itulah akhlak (dengan akhlak Nya) yang sesungguhnya; percikan-percikan nama-nama dan
sifat-sifat Nya.
17:
40. Ngopi sambil mendengarkan bisikan senja.