بسم الله الرحمن الرحيم
Duh, betapa bebalnya kami. Bahkan setiap detak jantung, kami
memaksiati Mu, alpa pada Mu.
Kau ma'afkanlah kami, karena maksiat kami itu tanda
ke-debuan kami yang tak sanggup mencapai Kudus Mu yang melangit. Karena tak
sanggupnya kami untuk menerjemahkan dan melampiaskan rindu warisan Adam
as.—yang entah bagaimana. Kami kecelek dalam ke-tercelek-an kami. Karena kami
bukanlah kekasih terkasih Mu, yang Kau terangi langkahnya di jalan cinta meski
hidupnya merana (karena dalam cinta). Maka ambillah hati kami, lalu Kau ukirlah
nama Mu disana sehingga kami mampu membaca & menerjemahkan Nya. sehingga
kami mampu melampiaskannya dengan cara membaca ukiran itu, seakan melihat wajah
Mu. Bila tidak, maka sungguhlah kami tak akan pernah sanggup menari, karena Kau
terlalu Kudus untuk aku yang terlalu debu.
Bonot Lor, 03 Mei
2017
Isya’ yang berdebu